Peran Mikroba Dalam Mengobati Berbagai Luka Alam (Pendekatan Bioteknologi Restoratif)

Pada artikel sebelumnya telah kita bahas mengenai Pulau Bangka yang terbuka akibat aktivitas penambangan timah yang masif dan minim upaya reklamasi. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kita akan mengupas salah satu upaya untuk mengembalikan Bangka menjadi pulau yang hijau dan indah yaitu melakukan penanaman kembali yang diiringi pendekatan berbasis bioteknologi restoratif dengan pemanfaatan dari berbagai mikroba tanah dalam proses bioremediasi dan reboisasi lahan pasca tambang. Strategi ini dinilai akan menjadi strategi restorasi ekologis yang berkelanjutan sehingga dapat mengobati berbagai luka alam yang diakibatkan oleh eksplorasi dan eksploitasi tambang timah terutama di Pulau Bangka.

Jenis Mikroba dan Tanaman dengan Fungsi yang Selaras

Dalam menentukan mikroba tanah yang akan digunakan, tentunya kita perlu menelaah terlebih dahulu terkait fungsi apa yang ingin kita peroleh. Pada kasus perbaikan lahan tambang, kita memiliki masalah berupa rendahnya kandungan hara di dalam tanah yang akan menurunkan daya tumbuh tanaman ketika ditanam dalam kegiatan reboisasi. Oleh karena itu, kita memerlukan adanya peran mikroba tanah yang dapat membantu tanaman untuk memperoleh nutrisi pada kondisi yang tidak mendukung seperti di lahan pasca tambang.

Adapun beberapa mikroba tanah yang sesuai dengan fungsi tersebut diantaranya adalah Bacillus megaterium, Pseudomonas fluorescens, Azotobacter sp., Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) seperti Glomus sp., Rhizobium sp., Bacillus subtilis, Pseudomonas putida, dan lainnya. Masing-masing mikroba tanah tersebut memiliki peranannya masing-masing. 

Salah satu peran mikroba tanah adalah sebagai bioaugmentasi yang dapat mempercepat proses pemulihan lahan bekas tambang. Adapun beberapa mikroba yang memiliki fungsi tersebut adalah Azospirillum, pseudomonas, Bacillus, dan Azotobacter yang meningkatkan biomassa tanaman hingga 40% karena kemampuannya dalam meningkatkan bioavailabilitas fosfor dan nitrogen pada lahan bekas tambang. Tanaman yang dapat bersimbiosis dengan beberapa jenis mikroba tanah seperti leguminosa cocok untuk di budidayakan di lahan bekas tambang. Selain itu, penambahan bahan organik seperti kompos dapat berperan sebagai biostimulan karena mampu meningkatkan keberagaman mikroba tanah sebesar 25-30%. Selanjutnya kita juga bisa memanfaatkan mikroba tanah sebagai fitoremediasi berbasis simbiosis dengan menggunakan tanaman hiperakumulator seperti Vetiveria zizanoides yang baik ditanam bersamaan dengan AMF dan rhizobacteria, kombinasi ini mampu meningkatkan serapan logam berat pada lahan pasca tambang. Selain itu, golongan AMF seperti Glomus spp. dan Rhizophagus irregularis mampu meningkatkan serapan unsur hara serta memperkuat toleransi terhadap logam berat seperti Cd, Pb, dan Zn. 

Namun, untuk penanganan lahan pasca tambang timah yang terdapat di Bangka, perlakuan yang baik untuk diaplikasikan adalah dengan mengaplikasikan konsorsium mikroba lokal yang diberi tambahan kompos, perlakuan ini mampu meningkatkan kerapatan vegetasi hingga 2x lipat dalam setahun. Eksplorasi mikroba lokal ini sangat berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai solusi bioremediasi pada lahan pasca tambang. 

Kesimpulan 

Mikroba tanah yang merupakan agen alami sangat potensial untuk diaplikasikan sebagai pemulih lahan pasca tambang yang bekerja melalui mekanisme biofertilisasi, detoksifikasi logam berat, hingga bersimbiosis bersama tanaman. Dengan adanya simbiosis mikroba dengan  tanaman, struktur dan kesuburan lahan pasca tambang akan mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya riset lebih lanjut yang mendalami mikroba tanah lokal maupun eksternal yang dikolaborasikan dengan teknik reklamasi demi mencapai keberhasilan jangka panjang dalam restorasi ekosistem lahan pasca tambang. Sudah saatnya kita melakukan pendekatan berbasis mikroba dalam program rehabilitasi tambang sebagai solusi yang murah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Tags : #agriculture #organic 

Share This :